Selamat Datang di Notebook Sharie

Sabtu, 30 April 2016

[Resensi] The SilkWorm, Ulat Sutra




Judul             : The Silkworm
Pengarang   : Roberth Galbraith
Alih Bahasa : Siska Yuanita & M. Aan Mansyur
Penerbit       : Gramedia Pustaka Utama
Terbit            : Cetakan pertama, 2014
Tebal             : 536 Hlm, 23 Cm
ISBN              : 978-602-03-0981-1


SINOPSIS


Seorang novelis bernama Owen Quine menghilang. Sang istri mengira suaminya hanya pergi tanpa pamit selama beberapa hari - seperti yang sering dia lakukan sebelumnya - lalu meminta Cormoran Strike untuk menemukan dan membawanya pulang. 
Namun, ketika Strike memulai penyelidikan, dia mendapati bahwa perihal menghilangnya Quine tidak sesederhana yang disangka istrinya. Novelis itu baru saja menyelesaikan naskah yang menghujat orang banyak- yang berarti ada banyak orang yang ingin Quine dilenyapkan.
Kemudian mayat Quine ditemukan dalam kondisi ganjil dengan bukti-bukti telah dibunuh secara brutal. Kali ini Strike berhadapan dengan pembunuhan keji, yang mendedikasikan waktundan pikiran untuk merancang pembunuhan yang biadab tak terkira.

                                            *****

        The Silkworm adalah novel kedua dari seri Cormoran Strike yang ditulis oleh Roberth Galbraith, nama alias dari J.K. Rowling.
Sebelumnya detektif partikelir ini berhasil memecahkan kasus terbunuhnya model terkenal, Lula Landry di The Cuckoo's Calling (Dekut Burung Kukuk) yang membuatnya terkenal.
        Novel ini terbit di Indonesia pada tanggal 11 Oktober 2014. Kebetulan saya hadir dalam acara launchingnya di salah satu toko buku terbesar di Jakarta, bahkan di Asia Tenggara.


        Dalam seri keduanya ini, Roberth Gilbraith membawa kita untuk mengungkap misteri novel di dalam novel. Ya, karena Owen Quine, seorang novelis yang terbunuh ternyata sedang menulis sebuah novel yang berjudul Bombyx Mori, yang merupakan bahasa Yunani dari ulat sutra.
        Calon tersangka yang dihadirkan di novel ini cukup banyak, mulai dari editornya, agennya, CEO penerbitnya, bahkan sesama penulis. Semua orang-orang disekitar Owen tersebut mempunyai motif yang cukup kuat sebagai pelaku pembunuhan.
Kepiawaian Roberth Galbraith menyusun alur cerita sangat brilian, ia memberikan twist di novel ini, sehingga pembaca menebak-nebak siapa tersangkanya hingga akhir halaman.
         Robert Galbraith juga memberikan beberapa kutipan dari buku lain di setiap awal bab, yang menyatu dengan cerita di bab tersebut.
         Terjemahan novel ini ke dalam bahasa Indonesia mudah dipahami, sehingga pembaca dapat menikmati setiap halamannya. Two thumbs for you Mba Siska.
         Selain membahas tentang pembunuhan Owen Quine, novel imi juga membahas bagaimana Strike mengungkapkan kasus-kasus kecil yang lebih dahulu datang kepadanya, dan ketidaksukaan Matthew, tunangan Robin Ellacott terhadap dirinya.
        Chemistry yang terjalin antara Strike dengan Robin, asistennya juga lebih meningkat menjelang akhir halaman. Terlebih Strike memberikan Robin hadiah natal yaitu pelatihan pengintaian, yang selama ini diinginkan oleh Robin.
        Jadi penasaran bagaimana kisah Strike dan Robin selanjutnya, apakah nantinya Robin tidak hanya sebagai asisten Strike saja.


       

Tidak ada komentar:

[Review & Giveaway] Blogtour The Boy Who Bought Me Breakfast During The Whole Year - Ikumisa

Judul: The Boy Who Bought Me Breakfasy During The Whole Year Penulis: Ikumisa Penerbit: Haru Terbit: Februari 2019 Tebal: 356 ISBN: ...